Foto HDR, atau High Dynamic Range,
adalah upaya menangkap perbedaan terang gelap di alam kedalam sebuah
foto. Upaya ini awalnya didasari karena faktanya sensor kamera tidak
sanggup menangkap rentang terang gelap yang sangat lebar, berbeda
dengan apa yang dilihat oleh mata manusia. Tanpa HDR, di daerah yang
kontras, kamera akan mengalami kesulitan untuk menampilkan hasil apa
adanya, cirinya di daerah yang gelap akan tampak terlalu gelap (atau di
daerah yang terang jadi terlalu terang). Teknik HDR sendiri pernah saya
ulas di artikel ini, tapi yang kali ini ingin saya share adalah tentang fitur HDR di kamera Nikon D5100.
Teknik HDR perlu lebih dari satu foto
untuk digabung, yaitu foto yang berbeda eksposur. Idealnya minimal ada
tiga foto yaitu foto yang eksposurnya normal, under (gelap) dan over
(terang) lalu digabung di komputer sehingga hasilnya punya dynamic range
yang lebih lebar. Tapi Nikon D5100 punya fitur menarik yaitu bisa
memotret HDR tanpa komputer. Hanya saja Nikon D5100 cuma mengambil dua
foto yang perbedaan terang gelapnya bisa diatur hingga maksimum 3 Ev.
Selain itu ada juga opsi Smoothing (pilihannya High, Normal dan Low) yang katanya Nikon sih nilai yang lebih tinggi akan menghasilkan gambar yang lebih halus.
Sayangnya fitur yang berguna ini letaknya tersembunyi di dalam menu (tepatnya di dalam shooting menu,
dan harus scroll dulu ke bawah) dan harus diaktifkan dulu sebelum
memotret HDR. Kalaupun sudah diaktifkan, selesai kamera memproses hasil
foto HDR, maka mode HDR ini akan otomatis off. Maka itu saya merubah
tombol Fn (di samping kiri, dekat tulisan D5100) yang tadinya untuk self timer
jadi HDR (bisa dirubah di menu juga). Dengan demikian, kapan saja saya
merasa perlu memotret dengan teknik HDR saya tinggal menekan tombol Fn,
dan bila tidak jadi (batal) cukup tekan Fn sekali lagi, praktis kan?
Hanya saja kalau saya mau menampilkan menu HDR seperti di contoh di
bawah ini, saya tetap harus menekan tombol menu lalu mencarinya di shooting menu (bukan dengan tombol Fn).
Pada saat mode HDR aktif, saat tombol
rana ditekan kamera akan mengambil sekaligus dua foto lalu memprosesnya
sekitar 1-2 detik, lalu hasil akhirnya disimpan sebagai sebuah foto.
Saat kamera mengambil dua foto, kita wajib diam (baiknya pakai tripod)
dan yang difoto juga jangan bergerak. Hal ini karena kalau ada yang
bergerak maka hasil fotonya akan tidak align (tidak berimpit dengan tepat). Maka itu HDR baiknya dipakai untuk kebutuhan seperti landscape dan bukan human interest atau potret.
Kabar baiknya, mode HDR ini bisa digabung dengan fitur Active D-Lighting untuk hasil yang lebih maksimal. Kombinasi paling dahsyat adalah memakai HDR dengan 3 Ev differential
dan ADL dipilih ke mode H+ (very high). Hanya saja jangan menaruh
harapan terlalu tinggi pada kemampuan HDR di kamera D5100, karena
kombinasi tadi pun belum bisa menandingi hasil olahan / gabungan
beberapa foto yang beda eksposur di komputer.
Pada contoh berikut, foto pertama
adalah foto biasa (tanpa HDR) dan foto kedua dengan mode HDR aktif.
Tampak area gelap (daerah yang berada di bawah bayang-bayang atap)
seperti terlalu gelap di foto pertama, namun di foto kedua (dengan HDR)
tampak hasilnya lebih seperti apa yang dilihat oleh mata kita.
Foto tanpa HDR :
Foto dengan HDR on :
Tapi bila dilihat lebih detil, orang yang bergerak di foto dengan mode HDR akan tampak dobel, seperti crop di bawah ini. Itulah alasan mengapa jangan memotret benda bergerak dengan mode HDR.
Lalu untuk melihat perbedaan foto dengan ADL off, ADL on dan ADL plus HDR, saya coba mengambil tiga foto berikut ini :
Foto dengan ADL off, tanpa HDR :
Foto dengan ADL very high, tanpa HDR :
Foto dengan ADL very high dan plus dengan HDR on :
Tampak daerah pepohonan agak gelap di
foto pertama, dan semakin terang di foto kedua. Pada foto ketiga,
dedaunan tampak lebih terang demikian juga dengan area bayangan jadi
tidak terlalu gelap. Foto ketiga membuat warna aspal jalan menjadi
lebih natural dan mendekati seperti apa yang saya lihat.
So, meski tidak membawa keajaiban,
fitur HDR di Nikon D5100 ini saya apresiasi dengan baik. Dia bisa
menjadi penolong saat saya ingin dapatkan foto dengan hasil yang
mendekati aslinya, di saat kamera lain akan cenderung terlalu gelap
atau terlalu terang. Namun bila memang yang ingin ditonjolkan adalah
kontras dari sebuah foto, maka jangan gunakan fitur HDR, misalnya untuk
foto siluet. Sebagai catatan, karena kamera tetap memotret dua kali,
maka untuk menghasilkan 100 foto HDR sebenarnya kamera sudah mencatat
200 kali shutter count, hahaha…
sumber : http://gaptek28.wordpress.com/2012/03/24/tentang-fitur-hdr-di-nikon-d5100/
0 komentar:
Posting Komentar